“Selanjutnya” (8)


Zaki? Oh, sungguh berdosa aku berpikir begitu. Ya rabbi

la taukhizni !

Aku kembali larut dalam perjalanan hidup Imam

Ibnu Hazm bersama istrinyam samar. Mereka hidup penuh

cinta dan kasih sayang. Samar tidak bisa sedikitpun lalai

memperhatikan suaminya. Ibnu Hazm yang dulu adalah

puteranya dari tuanya. Ibnu Hazm juga sangat setia

pada isterinya yang bekas budak. Ia tidak pernah merasa

malu atau gengsi  bertemu dengan para amir dan

pembesar Andalusia. Dia tidak malu disindir punya isteri

bekas budak belian. Ibnu Hazm tetap bangga dengan

cintanya. Ia bahkan tidak goyang sedikitpun ketika

seorang puteri cantik anak seorang menteri Andalusia

menyukainya, ia tak goyah sedikitpun. Seribu jalan

ditemuh puteri itu untuk meluluhkan hati Ibnu Hazm tapi

Ibnu Hazm  tidak goyah. Ibnu Hazm tidak mau menikah

lagi. Dia teguh hanya dengan seorang isteri. Padahal Ibnu

Hazm seorang pangeran dan ulama yang terkenal. Bukan

suatu hal yang aneh jika seorang pangeran memiliki isteri

lebih dari satu. Tatkala Ibnu Hazm dipenjara kerena

pemikiran-pemikirannya. Samar sangat setia

menjenguknya dan menanti Ibnu Hazm keluar dari penjara.

Berbagai godaan yang datang tidak menggoyahkan

cintanya pada suaminya yang terhina dipenjara. Sebuah

keteladanan cinta yang luar biasa. Aku ingin mencintai

isteriku seperti Ibnu Hazm mencintai isterinya. Dan aku

ingin dicintai isteriku seperti  Ibnu Hazm dicintai

isterinya.

***

“mas nanti sore ada acara aqiqah-an dirumah yu

imah semua keluarga akan datang, termasuk ibundamu,

kita diundang juga, yuk, kita datang bareng. Tidak enak

kalau kita yang dielu-elukan keluarga tidak datang” suara

lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada zaman

Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi

satu piring onde-onde kesukaanku dan segelas wedang

jahe diatas meja. Tangannya yang halus agak gemetar.

Aku dingin-dingin saja.

“ma……maaf jika mengganggu, mas. Maafkan

hana,”lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan

aku di ruang kerja.

“mbak!eh maaf, maksudku D….Di….Dinda hana!”

panggilku dengan suara parau tercekak dalam

tenggorokan.

“ya mas!”sahut hana langsung menghentikan

langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku.

Ia berusaha bersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil

“dinda” matanya sedikit berbinar.

“Te….. terima kasih…… di….dinda, kita berangkat

bareng kesana. Habis shalat dzuhur, insya allah!” ucapku

sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang

kupaksakan. Raihana menatapku dengan wajah sangat

cerah,ada secercah senyum bersinar dibibirnya.

Perempuan berjilbab yang satu ini memang luar

biasa, ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku

dingin dan acuh  tak acuh padanya selama ini. Aku belum

pernak melihatnya memadang wajah masam atau tidak

***

suka  padaku . kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak

sukanya sama sekali belum pernah. Bah. Lelaki macam apa

aku ini! Kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki

diriku sendiri atas dilap dinginku selama ini, tapi setetes

embuh cinta yang kuharapkan membashi hatiku tak juga

turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu! oh,

bagaimana aku mengusuirnya? Aku merasa menjadi orang

yang paling  membenci diriku sendiri didunia.

Acara pengajian dan aqiqah-an putra ketiga Yu

Fatimah, kakak sulung  Raihana, membawa sejarah baru

dalan lembaran pernikahan kami. Benar dugaan raihana,

kami dielu-elukan keluarga. Disambut hangat, penuh cinta.

Dan penuh bangga.

“selamat datang pengantin baru! selamat datang

pasangan paling ideal dalam keluarga!” sambut yu imah

disambut tepuk bahagia mertua dan ibundaku sendiri

serta kerabat yang lain  wajah raihana cerah. Matanya

binar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hati aku

menangis disebut pasangan paling ideal. Apanya yang

ideal? Apa kerena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan

terbaik dikampusnya dan hafal alquran lantas disbut

ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan

isterinya. Saling mekiliki rasa cinta yang sampai pada

pengorbaana satu sama lain.  Rasa cinta yang dari detik ke

detik meneteskan rasa bahagia. Raihana mungkin telah

mendapatkan rasa cintanya. Selama ini ia begitu setia dan

***

6 thoughts on ““Selanjutnya” (8)

Jangan lupa Komentar yah... :D Jangan komen Link/Smap OK ;)