Zaki? Oh, sungguh berdosa aku berpikir begitu. Ya rabbi
la taukhizni !
Aku kembali larut dalam perjalanan hidup Imam
Ibnu Hazm bersama istrinyam samar. Mereka hidup penuh
cinta dan kasih sayang. Samar tidak bisa sedikitpun lalai
memperhatikan suaminya. Ibnu Hazm yang dulu adalah
puteranya dari tuanya. Ibnu Hazm juga sangat setia
pada isterinya yang bekas budak. Ia tidak pernah merasa
malu atau gengsi bertemu dengan para amir dan
pembesar Andalusia. Dia tidak malu disindir punya isteri
bekas budak belian. Ibnu Hazm tetap bangga dengan
cintanya. Ia bahkan tidak goyang sedikitpun ketika
seorang puteri cantik anak seorang menteri Andalusia
menyukainya, ia tak goyah sedikitpun. Seribu jalan
ditemuh puteri itu untuk meluluhkan hati Ibnu Hazm tapi
Ibnu Hazm tidak goyah. Ibnu Hazm tidak mau menikah
lagi. Dia teguh hanya dengan seorang isteri. Padahal Ibnu
Hazm seorang pangeran dan ulama yang terkenal. Bukan
suatu hal yang aneh jika seorang pangeran memiliki isteri
lebih dari satu. Tatkala Ibnu Hazm dipenjara kerena
pemikiran-pemikirannya. Samar sangat setia
menjenguknya dan menanti Ibnu Hazm keluar dari penjara.
Berbagai godaan yang datang tidak menggoyahkan
cintanya pada suaminya yang terhina dipenjara. Sebuah
keteladanan cinta yang luar biasa. Aku ingin mencintai
isteriku seperti Ibnu Hazm mencintai isterinya. Dan aku
ingin dicintai isteriku seperti Ibnu Hazm dicintai
isterinya.
***
“mas nanti sore ada acara aqiqah-an dirumah yu
imah semua keluarga akan datang, termasuk ibundamu,
kita diundang juga, yuk, kita datang bareng. Tidak enak
kalau kita yang dielu-elukan keluarga tidak datang” suara
lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada zaman
Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi
satu piring onde-onde kesukaanku dan segelas wedang
jahe diatas meja. Tangannya yang halus agak gemetar.
Aku dingin-dingin saja.
“ma……maaf jika mengganggu, mas. Maafkan
hana,”lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan
aku di ruang kerja.
“mbak!eh maaf, maksudku D….Di….Dinda hana!”
panggilku dengan suara parau tercekak dalam
tenggorokan.
“ya mas!”sahut hana langsung menghentikan
langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku.
Ia berusaha bersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil
“dinda” matanya sedikit berbinar.
“Te….. terima kasih…… di….dinda, kita berangkat
bareng kesana. Habis shalat dzuhur, insya allah!” ucapku
sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang
kupaksakan. Raihana menatapku dengan wajah sangat
cerah,ada secercah senyum bersinar dibibirnya.
Perempuan berjilbab yang satu ini memang luar
biasa, ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku
dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum
pernak melihatnya memadang wajah masam atau tidak
***
suka padaku . kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak
sukanya sama sekali belum pernah. Bah. Lelaki macam apa
aku ini! Kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki
diriku sendiri atas dilap dinginku selama ini, tapi setetes
embuh cinta yang kuharapkan membashi hatiku tak juga
turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu! oh,
bagaimana aku mengusuirnya? Aku merasa menjadi orang
yang paling membenci diriku sendiri didunia.
Acara pengajian dan aqiqah-an putra ketiga Yu
Fatimah, kakak sulung Raihana, membawa sejarah baru
dalan lembaran pernikahan kami. Benar dugaan raihana,
kami dielu-elukan keluarga. Disambut hangat, penuh cinta.
Dan penuh bangga.
“selamat datang pengantin baru! selamat datang
pasangan paling ideal dalam keluarga!” sambut yu imah
disambut tepuk bahagia mertua dan ibundaku sendiri
serta kerabat yang lain wajah raihana cerah. Matanya
binar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hati aku
menangis disebut pasangan paling ideal. Apanya yang
ideal? Apa kerena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan
terbaik dikampusnya dan hafal alquran lantas disbut
ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan
isterinya. Saling mekiliki rasa cinta yang sampai pada
pengorbaana satu sama lain. Rasa cinta yang dari detik ke
detik meneteskan rasa bahagia. Raihana mungkin telah
mendapatkan rasa cintanya. Selama ini ia begitu setia dan
***
(8)
Tunggu Kelanjutan Ceritanya….* Habiburahman El Shirazy : Pudarnya Pesona Cleopatra (Bab III “Selanjutnya”).
Baca juga :
wow 8 sampai berapa bro?banyak sekali keren”
Samapi Bab V gan.. masih banyak…..
kasian pembaca”.. udah pada nunggu tapi emang aturan mainnya gini, 1 hari satu post .. hehehe 🙂
ohh sampai bab 5 , dari buku gam ❓ -,-
iya..
mampir donx gan…
siap gan…. 😉