aku terdiam tampa kata
Meski hanya dalam dunia maya
Entah mengapa
Inilah kati ku untukmu dinda.
Matamu, begitu pekat dalam pancaran kesucian hatimu,
Sedalam sebuah samudra yang tak berdasar,
Sulit untuk ditempuh namun indah dirasa
Senyum keikhlasan yang melekat dalam ragamu
Membuat aku enggan untuk menyentuhmu,
Karena aku takut akan Tuhan
Karena aku menyayangimu.
Begitu sempurna memang kau wahai sang bunga,
Namun aku hanya sang kupu-kupu
Yang menginginkan rasamu,
Bukan bentukmu.
Karena keindahan sang bunga akan layu oleh sang waktu,
Tapi tidak untuk sari dan rasa sang bung
Akan selalu mengalir kedalam akarnya,
Takan pernah mati,
Yang akan menumbuhkan bunga-bunga yang indah di kemudian hari
Bermekaran sepanjang masa
Takan lekang oleh waktu dan dunia yang berputar
Sang kupu-kupu yang lemah selalu meminta rasa
Untuk warna kemudian di hari-harinya
Bersujud dalam hamparan tanah untuk sang bunga yang selalu ada
Memberikan warna kehidupan dalam dirinya.
Ber-do’a dalam kepakan sayap kecil untuk sebuah rasa,
Berharap sang pencipta masih memberikan hujan
Yang sehingga sang bunga mekar sepanjang waktu
Dan kupu-kupu bisa terbang selalu padanya
Dengan sayap munyil yang sang kupu-kupu bawa di pundaknya.
Berlian aku belum punya,
Kemewahaan aku belum ada,
Kekayaan aku belum menyapa,
Kesuksesan masih aku damba.
Tapi,……..!!!
Aku punya rasa,
Hanya satu rasa, Satu ruang, Satu hati, Satu cinta & Satu ukiran,
Namamu yang selalu melekat dalam rasa ini,
I Miss U