menuruti hawa nafsunya dari pada nuraninya. Padahal di
zaman edan seperti ini mencari perempuan salehah lebih
sulit dari pada mencari perempuan cantik. “terang pak
Susilo.
“Dan kau sungguh termasuk orang yang beruntung.
Kata teman-teman dosen. Kau mendapatkan isteri yang
sangat ideal. Cantik.pintar karena dia terbaik
dikampusnya penurut, kelihatanya sangat setia karena dia
kalau memandang pasti menunduk, tidak pernah
memandang kedepan melihat lelaki lain, dan hafal alquran.
Kau sungguh beruntung.” Kata Pak Hardi
Cerita yang kudapat ketika makan siang dan kata-
kata Pak Hardi membuat aku teringat Raihana. Dia
memang sangat setia dan sangat baik. Aku
mengbandingkan diriku dengan Pak Agung. Oh bertapa
sakit rasanya dihianati isteri cantik yang sangat dicintai.
Aku lalu membayangkan seandainya menikah dengan aktris
cantik mesir, mona zaki. Kemudian mona zaki main
film,dan ada adegan ia harus berciuman atau dicium lawan
mainya misalnya. Aku akan sangar cemburu dan marah.
Aku tak bisa menerima isrtiku dicium lelaki lain. Apapun
alasanya. Apalagi jika sampai ia berselingkuh, aku tak akan
bisa menerimanya. Dan dunia aktris adalah dunia yang
paling rawan selingkuh. Cinta dilokasi suntting adalah hal
yang kerap kali terjadi. Telah ribuan aktris didunia ini
hancur rumah tangganya karena cinta lokasi. Jadi aku
sedikit masih sedikit merasa beruntung memiliki isteri
Raihana yang bukan aktris. Tapi entah kenapa aku belum
***
juga memiliki rasa cinta padanya. Sudah satu bulah
berpisah tapi rasa rindu padanya sama sekali tidak ada.
Jika rasa rindu tak ada apakah bukan mengindikasikan
bahwa rasa cinta benar -benar tidak ada. Namun dalam
hati aku mengacam, meskipun tidak cinta kalau sampai
Raihana berselingkuh dia akan aku bunuh! Akan aku bunuh!
Karena walau bagaimana pun statusnya adalah isteriku.
Sebab sekonyol apapun keadaan yang kualami aku sama
sekali tidak mau sedikitpun berhati sedikitpun untuk
tertarik pada perempuna lain. Aku justru berusaha untuk
mencintainya. Hanya saja selalu tidak bisa. Selalu sia-sia
entah kenapa?
Akhirnya cerita itu pun sirna bersama detik-detik
yang berlalu. Apalagi ketika aku mandapatkan tugas di
Universitas untuk mengikuti pelatihan peningkatan mutu
dosen mata kuliah bahasa Arab selama sepuluh hari yang
akan diadakan oleh Depag dipuncak. Diantara tutornya
adalah professor bahasa Arab dari Mesir. Aku jadi
banyak berbicang dengan beliau tentan Mesir. Dalam
pelatiha aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi. Dosen
bahasa Arab dari Medan. Ternyata dia menempuh S1- nya
di Mesir. Dia pulang ketanah air tiga tahun sebelum aku
datang keMesir. Dengan pak Qalyubi aku banyak
bernostalgia tentang Mesir. Akhirnya lama kelamaan pak
Qalyubi sangat terbuka kepadaku. Ia menceritakan satu
pengalaman hidup yang menurut pahit tapi terlanjur
dijalani. Ia tak tahu apa yang akan terjadi jika akhirnya
dia nanti tidak lagi kuat menjalaninya.
***
Habiburahman El Shirazy
“Apakah kau sudah menikah?” tanya pak Qalyubi.
“Alhamdulillah, sudah.” Jawabku.
“Dengan orang mana?”
“Orang Jawa?”
“Pasti isteri yang baik. Iya kan? Bisanya pulang dari
Mesir banyak sanak saudara yang menawarkan untuk
menikah dengan perempuna salehan. Paling tidak
santriwati lulusan pesantren. Isterimu dari pesantren?”
“Pernah. Ahamdulilah dia sarjana dan hafal
alquran.”
“Kau sangat beruntung. Tidak seperti diriku.”
“Kenapa dengan bapak.”
“Aku melakukan langkah yang salah, aku mengambil
pilihan yang keliru”
“Maksud Bapak”
“seandainya aku tidak menikah dengan gadis Mesir
itu tentu batinku tidak akan merana seperti sekarang.”
“Isteri bapak orang Mesir ?”
“Ya.”
“Dan bapak menderita?”
“Benar.”
“Bagaimana itu bisa terjadi?”
“Itulah yang terjadi. Kau tentu tahu seperti apa
gadis Mesir itu. cantik tidak menurutmu rata-rata gadis
sana?jujur
saja!”
“oh cantik-cantik pak. Bahkan jika ada delapan
gadis Mesir maka yang cantik enam belas. Sebab
bayangannya ikut cantik.”
***
“Dan karena terpesona oleh kecantikan gadis Mesir
itu lah saya menderita sampai saat ini.”
“Boleh tahu ceritanya untuk pelajaran hidup bagi
saya pak?”
“Boleh. Kau bahkan boleh menceritakan kepada
siapa saja untuk dijadikan pelajaran asal jangan kau sebut
secara jelas nama dan asal-usul saya. Begini ceritanya.
Saya anak tunggal seorang yang cukup kaya dipinggir
timur kota Medan. Ayah memiliki sawah dan ladang yang
cukup luas dan ibu seorang pedagang kain yang cukup
sukses. Tahun 1988, saya berangkat keMesir atas biaya
orang tua. Disana sudah ada kakak kelas saya dari
pesantren terkenal di Medan. Namanya Fadhil. Dia
menempatkan saya di Hayyu Sadis. Dalam satu rumah
dengan teman-temanya dari Medan yang bukan alumni
satu pesantren. Karena disana masih kekurangan satu
orang. Dia sendiri tinggal di Hayyu Sabe.
Seiring berjalannya waktu,
alhamdulillah, tahun pertama saya dapat lulus dengan predikat jayyid.
Sebuah predikat yang cukup sulit diraih anak Indonesia pada
waktu itu. bahkan satu rumah hanya aku yang lulus. Yang
lain rasib atau gagal. Hal sama terjadi pada tahun kedua.
selain itu saya sangat akrab dengan orang-orang Mesir
sekitar kami. Karena prestasi saya itu tuan rumah jadi
sangat mengenal saya. Dia orang yang suka pada
mahasiswa yang berprestasi. Dia seorang guru SLTP
negeri di Ghamrah. Suatu kali tuan rumah berkunjung
dengan mengajak anak gadisnya yang seusia dengan saya.
***
Bersambung……..
NB:
Jika anda tidak sabar membaca kelanjutan ceritanya, Ajak teman-teman anda Like Artikel ini.
Bila sudah 20 Like (Icon facebook) maka saya akan Post Halaman berikutnya….!!!
Jangan lupa juga tinggalkan Komentarnya…. OK….!!!
(11)
Tunggu Kelanjutan Ceritanya….
* Habiburahman El Shirazy : “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
Baca juga :