Kuraih sebatang tongkat kecil
Tergeletak dalam hamparan tanah luas
Kuangkat kakiku perlahan
Mencoba berdiri tanpa bayangan menemani
Berjalan melangkahkan kaki kanan
Kemudian kaki kiri tak sempurna
Berpikir apa aku mampu melewati ini semua?
Merenung apa aku bisa menghadapinya?
Ucapku mampu
Ucapku bisa
Hatiku tidak
Pada siapa aku mengadu akan nyata?
Ingin aku keluarkan
Teriakan mematikan
Bagai racun yang membuat tubuh tak berdaya ini
Pada Tuhan Mengadu
Aku manusia
Sifat yang ingin didengar pasti ada
Bentuk nyata hanya kata dalam dunia maya
Hanya ada kemuniafkan didalamnya
Aku belajar berdiri sendiri
Perlahan
Meski akan lama
Tapi ini dunia
Lebih kejam dari yang aku kira
Semoga saja kekejaman dunia bisa kita jadikan cambuk kaki agar mampu berlari untuk meninggalkanya sejauh kaki melangkah.
Puisinya bagus mas.. tentang kemandirian dan pengorbanannya 😀
Salam dari Jombang 😀
Awalnya merasa ragu… Namun saat dijalani, ternyata kita mampu. Tentu itu semua karena rahmat dari Allah.
So, mari stop rasa ragu itu… 🙂
cie cie cie……….
puisi apa ngomel nih…..????
Memangnya mengapa aku harus malu..
Abang tentu dapat membedakanya..
Katakanlah yg sejujurnya..
idem ma yg diatas nih… 🙄 😎
niat dan keyakinan yang kuat akan mampu mengalahkan segalanya.. jadi tetap semangat ya 😀
begitu buka tulisan ini jd langsung kepikiran sama lagunya agnesmo “karna kusanggup” 😀
begitu buka tulisan ini, ak gak kepikiran ama apapun 😀
wah dunia kejam ya … 🙂
baca ini kerasa pas banget sama keadaan, belajar hidup sendiri 😀
ambil tongkatnya yg kokoh dong ah 😛
“Tapi ini dunia
Lebih kejam dari yang aku kira” dunia tak kejam, walaupun kadang memberlakukan kita begitu keras. dunia itu indah, namun kita harus sadar tak semuanya menyenangkan.. keep fighting..🙂
Ping-balik: Happy Anniversary | Desaku
ayo Mas, jangan menyerah, saya juga lagi belajar berdiri nih….
puisi yang keren,,
salam kenal…